Showing posts with label Islampedia. Show all posts
Showing posts with label Islampedia. Show all posts

Monday, June 27, 2016

Keutamaan Shalat Dhuha



1. MENGHAPUS DOSA-DOSA
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah bersabda, "Barangsiapa menjaga dua raka'at shalat dhuha maka dosa-dosanya akan di ampuni walaupun sebanyak buih di lautan."

Diriwayatkan oleh Abu Ya'la bahwa Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa ketika matahari menyambutnya, ia wudhu' dan menyempurnakan wudhu'nya lalu ia berdiri untuk melaksanakan shalat dua raka'at maka akan di ampuni dosa-dosanya sebagaimana ketika dia di lahirkan oleh ibunya."

2. TERMASUK GOLONGAN ORANG-ORANG YANG BERTAUBAT
Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah bersabda, "Tidaklah seseorang melakukan shalat dhuha kecuali seorang yang bertaubat."

Dalam riwayat lain di sebutkan, "Shalat dhuha adalah shalatnya orang-orang yang bertaubat. " Di riwayatkan oleh Al Hakim dengan syarat Muslim.

3. MENDAPATKAN PAHALANYA UMRAH
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Umamah RA, bahwa Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan shalat wajib maka pahalanya adalah seperti pahala haji, dan barangsiapa yang melakukan shalat dhuha maka pahalanya adalah seperti pahala umrah dan melaksanakan shalat setelah shalat tanpa ada kesia-siaan antara keduanya maka ia akan mendapat tempat yang tinggi.

4. TERMASUK DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG AHLI IBADAH
Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dari Abu Darda', ia berkata: Bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha dua raka'at maka ia tidak termasuk golongan orang-orang yang lalai, barangsiapa yang melaksanakannya empat raka'at maka ia akan tercatat sebagai orang yang ahli ibadah, barangsiapa yang melaksanakannya enam raka'at maka akan di cukupkan baginya hari itu, dan barangsiapa yang melaksanakannya dua belas raka'at maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, tidak ada siang dan malam kecuali Allah memiliki pemberian yang lebih baik yang Allah berikan kepadanya kecuali Allah memberi ilham kepada hamba-Nya untuk berdzikir kepada-Nya."

5. MASUK SURGA MELALUI PINTU DHUHA.
Diriwayatkan oleh Ath Thabrani , bahwa Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga terdapat pintu yang bernama pintu dhuha, jika tiba hari kiamat maka berserulah seorang penyeru, "Manakah mereka yang terus menerus melakukan shalat dhuha? Inilah pintu kalian maka masukilah surga dengan rahmat Allah Ta'ala."

6. ALLAH AKAN MENCUKUPI KEBUTUHANNYA PADA HARI ITU dan MENDAPATKAN JAMINAN ALLAH
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Darda' dan Abu Dzarr RA bahwa Rasulullah SAW bersabda dari Allah bahwa Allah berfirman, "Wahai anak Adam shalatlah untukku empat raka'at pada permulaan siang maka Aku akan mencukupi pada penghabisannya."

7. MENYEMPURNAKAN SHADAQAH TERHADAP SEMUA ANGGOTA TUBUHNYA
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abuu Dzarr RA, bahwa Nabi SAW bersabda: "Setiap persendian anggota tubuh di antara kalian harus di shadaqahi, dan setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, mengajak pada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan yang akan membagikan seluruh shadaqah itu adalah shalat dhuhanya yang dua raka'at."

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Nabi SAW bersabda, "Dalam diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh sendi dan baginya hendaknya bershadaqah kepada setiap sendinya dengan satu shadaqah." Para sahabat bertanya, "Siapa yang sanggup melakukan hal itu wahai Rasulullah?" beliau bersabda, "Duduk di dalam masjid maka akan menutupinya dan sesuatu yang engkau jauhkan dari jalanan dan jika kalian tak sanggup maka shalat dhuha akan mencukupi itu semua darimu."

Wujud Ketakwaan dalam Hikmah Ramadhan


Pada bulan ini Allah SWT mewajibkan kaum Mukmin untuk berpuasa (Q.S Al – Baqarah : 183). Dalam ayat ini Allah SWT tidak hanya mewajibkan berpuasa kepada kaum yang beriman. Allah SWT juga menjelaskan hikmah kewajiban berpuasa, yakni untuk mewujudkan ketakwaan. Ketakwaan individu adalah salah satu pilar penting yang membangun kehidupan yang diridhai Allah SWT dengan menjalankan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Namun, perlu diingat bahwa Rasulullah SAW tidak berhenti pada ketakwaan individu. Beliau juga membangun ketakwaan yang bersifat komunal, yakni ketakwaan dalam seluruh sendi kehidupan. Ramadhan juga mengajarkan bahwa aspek spiritual itu harus diwujudkan dalam kehidupan komunal umat Islam. Kita harus selalu menyadari hubungan kita dengan Allah SWT ( israk shillah bilLah ) saat menjalankan aktivitas apapun dalam hidup ini.

Hikmah yang di tuju dari pensyariatan puasa Ramadhan, yakni mewujudkan ketakwaan diri individu dan ketakwaan komunal dalam diri umat. Syaih Atha’ Abu Rasytah, menyatakan dalam kitabnya, Taysir fi Ushul at-Tafsir saat menjelaskan Q.S Al – Baqarah : 183, bahwa Allah SWT telah menjadikan takwa sebagai hikmah berpuasa. Takwa adalah takut kepada Allah, taat kepada-Nya serta menyiapkan diri untuk bertemu dengan-Nya.

Dari definisi takwa tersebut jelaslah bahwa ketakwaan akan terwujud dengan mengamalkan al – Qur’an. Maksudnya, semua aktivitas dalam kehidupan ini, ibadah, berkeluarga, mualamalah, ekonomi, politik dan kenegaraan selalu bermuara pada al – Qur’an. Memang benar, akhir – akhir ini terlihat kepedulian kaum Muslim terhadap al – Qur’an semakin besar.

Namun sayang, kepedulian ini baru sebatas pada aspek membaca dan menghafalnya. Adapun aspek politik dari al – Qur’an nyaris tidak tersentuh kecuali oleh sebagian kecil dari umat ini. Aspek politik dari al – Qur’an itu maksudnya bahwa seharusnya al – Qur’an sebagai sumber hukum dan undang – undang dalam kehidupan. Padahal aspek politik inilah yang akan menjadikan al – Qur’an akan benar-benar hadir dalam kehidupan kaum Muslim.

Karena itu, kita sebagai umat yang telah dimuliakan oleh Allah dengan al-Qur’an, kita harus mewujudkan kepedulian terhadap al-Qur’an untuk merealisasikan secara riil al-Qur’an sebagai pedoman hidup dengan cara menerapkan ukum-hukum al-Qur’an dalam kehidupan. Untuk menerapkan hukum-hukum al-Qur’an tidak ada cara lain kecuali dengan menformalkannya dalam institusi Khilafah Islamiyah. Karena itu syariah Islam yang bersumber dari al-Qur’an tidak boleh dipisahkan dari kekuasaan. Syariah dan kekuasaan mesti berjalan bersama-sama.

Rasulullah SAW. Bersabda : “Ingatlah sesungguhnya poros Islam itu terus berputar maka berputarlah kalian bersama al-Qur’an sebagimana Islam berputar. Ingatlah sesunggunya al-Qur’an dan kekuasaan itu akan terpisah. Karena itu janganlah kalian berpisah dari al-Qur’an ( yakni jangan memisahkan al-Qur’an dari kekuasaan )”. (HR ath-Thabrani)

Credit: LOVE ISLAM

Siapa Yang Menciptakan Allah?

"Siapa yang menciptakan Allah?" Pemuda Ini Menjawab hingga Atheis tak berkutik

Ada seorang Atheis yg memasuki sebuah masjid, dia mengajukan 3 pertanyaan yg hanya boleh dijawab dengan akal. Artinya tidak boleh dijawab dengan dalil, karena dalil itu hanya dipercaya oleh pengikutnya, jika menggunakan dalil (naqli) maka justru diskusi ini tidak akan menghasilkan apa-apa...

Pertanyaan atheis itu adalah:

1. Siapa yg menciptakan Allah?? Bukankah semua yg ada di dunia ada karena ada penciptanya?? Bagaimana mungkin Allah ada jika tidak ada penciptanya??

2. Bagaimana caranya manusia bisa makan dan minum tanpa buang air?? Bukankah itu janji Allah di Syurga?? Jangan pakai dalil, tapi pakai akal....

3. Ini pertanyaan ketiga, kalau iblis itu terbuat dari Api, lalu bagaimana bisa Allah menyiksanya di dalam neraka?? Bukankah neraka juga dari api??

Tidak ada satupun jamaah yg bisa menjawab, kecuali seorang pemuda.

Pemuda itu menjawab satu per satu pertanyaan sang atheis :

1. Apakah engkau tahu, dari angka berapakah angka 1 itu berasal?? Sebagaimana angka 2 adalah 1+1 atau 4 adalah 2+2?? Atheis itu diam membisu..

"Jika kamu tahu bahwa 1 itu adalah bilangan tunggal. Dia bisa mencipta angka lain, tapi dia tidak tercipta dari angka apapun, lalu apa kesulitanmu memahami bahwa Allah itu Zat Maha Tunggal yg Maha mencipta tapi tidak bisa diciptakan??"


  Saya ingin bertanya kepadamu, apakah kita ketika dalam perut ibu kita semua makan? Apakah kita juga minum? Kalau memang kita makan dan minum, lalu bagaimana kita buang air ketika dalam perut ibu kita dulu?? Jika anda dulu percaya bahwa kita dulu makan dan minum di perut ibu kita dan kita tidak buang air didalamnya, lalu apa kesulitanmu mempercayai bahwa di Syurga kita akan makan dan minum juga tanpa buang air??

3. Pemuda itu menampar sang atheis dengan keras. Sampai sang atheis marah dan kesakitan. Sambil memegang pipinya, sang atheis-pun marah-marah kepada pemuda itu, tapi pemuda itu menjawab : "Tanganku ini terlapisi kulit, tanganku ini dari tanah..dan pipi anda juga terbuat dari kulit dari tanah juga..lalu jika keduanya dari kulit dan tanah, bagaimana anda bisa kesakitan ketika saya tampar?? Bukankah keduanya juga tercipta dari bahan yg sama, sebagaimana Syetan dan Api neraka??

Sang athies itu ketiga kalinya terdiam...

Sahabat, pemuda tadi memberikan pelajaran kepada kita bahwa tidak semua pertanyaan yg terkesan mencela/merendahkan agama kita harus kita hadapi dengan kekerasan. Dia menjawab pertanyaan sang atheis dengan cerdas dan bernas, sehingga sang atheis tidak mampu berkata-kata lagi atas pertanyaannya..

Itulah pemuda yg Islami, pemuda yg berbudi tinggi, berpengtahuan luas, berfikiran bebas...tapi tidak liberal... tetap terbingkai manis dalam indahnya Aqidah...

Ada yg berkata bahwa pemuda itu adalah Imam Abu Hanifah muda. Rahimahullahu Ta'ala...

Credit : LOVE ISLAM

Sunday, June 26, 2016

Tarawih, 11 Raka'at Atau 23 Raka'at?



Assalamualaikum wr. wb.
Dalam menghadapi bulan suci ramadhan pasti terdapat sebuah persilisihan ditengah-tengah umat muslim, mengenai jumlah rakaat dalam shalat sunnah tarawih, apakah 11 rakaat atau 23 rakaat?
Mungkin pertanyaan itu terdapat dibenak kalian bukan?
Melalui postingan ini insyaallah saya dapat membantu menghilangkan rasa penasaran kalian mengenai jumlah rakaat shalat sunnah tarawih, yang mungkin menjadi perbincangan kalian semua.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Sahih Al Bukhari mengenai hadits shalat no 472
Dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa melakukan shalat malam sebanyak 2 rakaat, 2 rakaat dan
2 rakaat begitu seterusnya. Jika seseorang dari kalian khawatir akan masuk waktu shubuh, hendaklah ia tutup dengan
witir 1 rakaat. Sehingga jumlah keseluruhannya ganjil.

Jadi kalian bisa melakukannya berapapun, lalu kemudian ditutup dengan witir supaya ganjil. sehingga terkait dengan
jumlah rakaat, kalian bisa melakukannya berapapun.

Namun jumlah raka'at yang biasa Rasulullah lakukan, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits:
Sahih Al Bukhari mengenai hadits Tahajjud no 1147
Dari 'Aisyah radhiallaahu anha, beliau berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menambah shalat malam di bulan ramadhan dan bulan lainnya lebih
dari 11 raka'at. Beliau melakukan shalat empat raka'at, maka jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya.
Kemudian beliau melakukan shalat empat raka'at lagi dan jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya.
Kemudian beliau melakukan shalat tiga raka'at."

Jadi 8 raka'at tarawih ditambah 3 raka'at witir. jadi jumlahnya 11 raka'at.

Namun, jika kalian membaca pengalaman dari Salaf ash-Sholih. 3 Generasi awal yaitu, Sahabat, Tabi'in (Murid-muridnya
sahabat) dan atba'ut-tabi'in (Murid-muridnya Tabiin), dalam sebuah riwayat bahwa mereka melakukan tarawih ada
yang 11 raka'at, 19 raka;at, 23 raka'at, 36 raka'at, bahkan ada yang sampai 39 raka'at.
Dan jika kalian mambaca kitab: Musannaf Ibn Abi Shaibah halaman 165-166
"Para tabi'in melakukan sholat tarawih di bulan ramadhan berjumlah 23 raka'at." Bahkan ditempat lain ada yang
malaksanakan 36 raka'at.

Berdasarkan keumuman perkataan Rasulullah:
"Shalat malam itu 2 raka'at, 2 raka'at..." lalu ditutup dengan 1 witir.

Seperti disebutkan dalam hadits diatas 'Sahih Al Bukhari mengenai hadits shalat no 472' Jadi kalian boleh melakukannya
berapapun 2 raka'at, 2 raka'at lalu ditutup dengan 1 witir.

Namun jika engkau ingin mengikuti sunnah Rasulullah, maka Rasulullah biasa melakukannya 8 raka'at ditambah
3 raka'at witir.

Jadi jika anda bertanya mana yang boleh? Maka semuanya boleh.
8, 10, 20, 36 raka'at tidak masalah, ditutup dengan witir.

Kesimpulannya boleh-boleh saja melakukannya berapapun yang kita inginkan, namun sunnah rasulullah melakukannya delapan
raka'at, ditambah 3 raka'at witir, maka mengenai 11 raka'at atau 23 raka'at ini tidak jadi masalah, tidak perlu diperdebatkan,
serta tidak perlu menjadi bahan perselisihan.

Semoga artikel ini dapat mambantu kalian semua.

Terima kasih,
Wasallamualaikum wr. wb.

Dikutip dari dialog Dr. Zakir Naik dan Yusuf Chambers.